Kembali

Analisis Stabilitas dan Sistem Perbankan Triwulan IV 2014

  1. Kami telah melakukan revisi kebawah terhadap proyeksi beberapa besaran ekonomi makro-pasar keuangan terpilih ditahun 2015 dan mempublikasikan proyeksi tahun 2016. Terdapat tekanan terhadap  kinerja  perekonomian  dan  stabilitas  sistem keuangan  akibat  kenaikan harga BBM bersubsidi, defisit neraca berjalan dan renormalisasi kebijakan moneter AS. 
  2. Defisit neraca berjalan terjadi akibat kombinasi faktor-faktor: perkembangan  investasi yang pesat, kebijakan fiskal dan moneter yang longgar, perbaikan daya beli masyarakat, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang tinggi, pelemahan ekonomi global dan penurunan harga komoditas, serta dominasi armada asing dalam kegiatan ekspor-impor. Untuk mengurangi defisit neraca berjalan di masa mendatang, Indonesia perlu mengembangkan industri substitusi impor, mendorong reinvestasi, menurunkan penggunaan BBM dalam bauran energi, memacu diversifikasi ekspor dari yang berbasis komoditas menjadi manufaktur, serta meningkatkan pangsa pasar armada pelayaran domestik dalam kegiatan ekspor-impor.
  3. Suatu telaah analitis menunjukkan peran  suku bunga  deposito  suatu bank sebagai suatu keputusan  strategic pricing. Estimasi pola interaksi  Assets Liability Management  (ALM) secara garis besar konsisten dengan hipotesis  dimana suku bunga  deposito  sebagai instrument positioning terhadap pricing bank lain. Positioning pricing deposito dipengarungi secara positif oleh ekspansi pinjaman dan secara negatif oleh ketersediaan alat likuid.
  4. Beberapa temuan empiris dari kajian  kami memiliki implikasi terhadap sejumlah kebijakan yang dapat menjadi masukan bagi regulator. Pertama, temuan bahwa kredit dan cadangan alat likuid merupakan bagian penting dalam  deposit pricing  yang menjadi dasar untuk pengelolaan kebijakan moneter yang lebih baik. Kedua, teridentifikasinya peran positif dari ukuran bank dan pangsa dana murah (CASA)  bagi  pricing  sehingga konsolidasi menjadi penting dalam menjaga stabilitas sistem perbankan. Ketiga, perbankan memperhatikan efek signaling dari suku bunga pasar uang antar bank dan counter effect dari kondisi bisnis,maka pasar dan perekonomian yang memiliki volatilitas rendah lebih baik bagi pengelolaan ALM perbankan.
  5. Indeks Stabilitas Perbankan (Banking  Stability Index, BSI)  LPS  turun  sebesar 44 bps dari 100,75 (Oktober 2014) menjadi 100,31 (November 2014);  status  "Normal"  sesuai kategori Crisis Management Protocol  (CMP) LPS. Penurunan BSI didorong oleh penurunan pada sub indeks Credit Pressure (CP) dan Interbank Pressure (IP) yang masing-masing turun sebesar 74 dan 89 bps. Sedangkan sub indeks Market Pressure (MP) meningkat sebesar 18 bps. 

untuk melihat Laporan Analisis Stabilitas dan Sistem Perbankan Triwulan IV 2014 silahkan klik tautan ini