Kembali

Laporan Perekonomian dan Perbankan Februari 2015

Ringkasan          

  1. Penurunan harga minyak dinilai akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi global. Meski demikian, ekonomi negara-negara eksportir minyak akan mengalami tekanan.
  2. ECB mengeluarkan kebijakan Quantitative Easing (QE) sejumlah 60 miliar euro per bulan yang akan dijalankan hingga akhir September 2016.
  3. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun ke 5.0% pada tahun 2014 dari 5,6% pada tahun 2013.Defisit neraca berjalan turun menjadi US$ 6,2 miliar (2,8% PDB) dari US$ 7 miliar (3% PDB) pada kuartal III 2014.
  4. Perbaikan prospek inflasi mendorong Bank Indonesia untuk menurunkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 7,5%. BI diperkirakan akan mengandalkan kebijakan makroprudensial untuk mengelola defisit neraca berjalan dengan tetap memelihara momentum pertumbuhan ekonomi.
  5. QE ECB dan BoJ yang meskipun tidak memberikan dampak sebesar QE The Fed namun tetap akan membawa prospek peningkatan likuiditas serta buffer pada pasar keuangan, khususnya negara berkembang. QE diperkirakan akan memberikan tekanan pada pasar valas (apresiasi USD). Sementara pasar saham dan pasar obligasi diperkirakan masih akan berada pada tren bullish.
  6. Profitabilitas perbankan pada tahun 2014 mengalami tekanan disebabkan penurunan Net Interest Margin (NIM) dan kenaikan biaya penghapusan kredit macet. NIM mengalami penurunan dari 4,9% pada tahun 2013 menjadi 4,2% pada tahun 2014, sedangkan pertumbuhan biaya penghapusan kredit macet juga meningkat dari 18% y/y menjadi 29,5% y/y pada periode yang sama.
  7. Skema baru pengadaan FAME (fatty acid methyl eter) akan menggunakan harga CPO sebagai acuan dan tidak lagi mengacu pada harga solar MOPS plus margin. Pemerintah harus menerapkan secara tegas aturan B-10 dan mempercepat penerapan B-20 untuk sektor transportasi. Perbaikan infrastruktur produksi dan distribusi merupakan kunci percepatan pemanfaatan biodiesel di sektor transportasi dan industri.
  8. Risiko industri perbankan Indonesia memasuki tahun 2015 mengalami sedikit peningkatan. Hal ini tercermin dari Indeks Stabilitas Perbankan (Banking Stability Index, BSI) LPS yang naik sebesar 10 bps dari 100,41 pada Desember 2014 menjadi 100,51 pada Januari 2015. Sesuai kategori skala observasi Crisis Management Protocol (CMP) angka BSI saat ini berada pada kondisi "Normal".

Untuk informasi lebih lanjut silahkan klik tautan berikut

Laporan Perekonomian dan Perbankan Februari 2015