Kembali

Kalangan Perbankan Turunkan Bunga Deposito Rupiah

Kalangan perbankan mulai menurunkan sukubunga deposito rupiah, menyusul langkah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang mengumumkan penurunan sukubunga penjaminan untuk simpanan dalam rupiah di bank umum dari 9,75 persen menjadi 9,50 persen yang berlaku 15 Januari hingga 14 Februari 2007.

Berdasarkan data yang diolah, besaran penurunan bunga berkisar 0,25 hingga 3,75 basis poin. Perbandingan bunga deposito rupiah pada 11 Januari (sebelum LPS menurunkan sukubunga) dan 17 Januari (setelah sukubunga pejaminan yang baru diberlakukan), menunjukkan penurunan drastis pada Bank Maspion mencapai 3,75 basis poin, dari awal sukubunga 10,00 persen kini menjadi 6,25 persen.

Sementara bank yang tetap bertahan dengan bunga melambung di atas bunga LPS adalah Bank Kesatuan yang sejak awal Januari mematok bunga 10,00 persen.

Penurunan sukubunga deposito rupiahjuga terjadi pada Bank Panin dari 8,00 persen menjadi 6.75 persen. Demikian pula dengan Bank Central Asia Tbk dan Bank Niaga yang menurunkan bunga depositonya masing-masing dari 8.00 persen menjadi 7,50 persen dan dari 8,25 persen menjadi 7,75 persen.

Sedangkan Bank Swadesi dari 9,25 persen menjadi 9,00 persen dan Bank Century dari 8,75 persen menjadi 8.50 persen. Bank DKI telah melakukan penurunan pada 12 Januari dari 9,00 persen menjadi 8,25 persen.

Kalangan dunia usaha mengharapkan penurunan sukubunga deposito tersebut diikuti dengan penurunan sukubunga kredit. Group Head Financial, PTHagabank, Jenny Santosa mengatakan penyesuaian sukubunga itu sangat diperlukan kalangan dunia usaha, sehingga memicu pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh lebih cepat.

"Tumbuhnya ekonomi nasional tidak hanya tergantung pada penyesuaian tingkat sukubunga dan penyaluran kredit perbankan, tapi harus didukung pula oleh upaya pemerintah untuk segera mempercepat pertumbuhan sektor riil," katanya.

Perbankan diperkirakan akan menargetkan pertumbuhan kredit pada 2007 di atas yang ditentukan Bank Indonesia yakni sebesar 18 persen.


"Karena pada tahun ini merupakan momen yang paling tepat bagi perbankan untuk segera menyalurkan kredit lebih besar dibanding tahun lalu. apalagi target ekonomi nasional tahun ini mencapai 6,3 persen," katanya.

Kepala Eksekutif LPS, Krisna Wijaya, mengatakan penurunan sukubunga penjaminan untuk simpanan dalam rupiah karena inflasi dan nilai tukar dalam keadaan stabil.

Sedangkan tingkat keyakinan konsumen terhadap perbankan juga tetap tinggi, yang terlihat pada masih stabilnya tingkat dana pihak ketiga (DPK).

"Demikian juga dengan likuiditas perbankan," katanya. Sebelumnya, BI juga telah menurunkan sukubunga Bank Indonesia (BI Rate)1 dari 9,75 persen menjadi 9,50persen.

Turun lagi
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aslim Tadjuddin, mengatakan peluang untuk menurunkan kembali sukubunga acuan BI (BI Rate) makin besar jika inflasi pada Januari lebih rendah dibandingkan Desember.

"Mudah-mudahan inflasi pada bulan Januari lebih kecil dibanding Desember yang lalu," ujarnya. Ia mengatakan jika prediksi inflasi Januari di bawah satu persen, maka inflasi year on year (dalam setahun) akan lebih rendah.


"Sehingga room (ruang) untuk menekan sukubunga lebih rendah lagi lebih besar walaupun sekarang tetap ada (ruang untuk turunkan suku bunga)," katanya.

Mengenai kenaikan harga beras saat ini. ia mengatakan sudah ditangani. "Saya sudah baca (penjelasan) Kepala BPS (Badan Pusat Statistik), juga perkiraan inflasi Januari lebih kecil dari Desember. Baguskan," katanya.

Mengenai perbedaan sukubunga bank sentral AS, the Federal Reserve (the Fed) dengan sukubunga acuan BI (BI Rate) ia mengatakan, masih tinggi. "The Fed 5,25 persen dan BI rate 9,50 persen tinggi, masih cukup tinggi," kata Aslim.

Mengenai nilai tukar rupiah pada 2007. Aslim mengatakan akan cenderung menguat. "Saya lihat demikian dalam tahun 2007. Sepanjang kita bisa memperbaiki dan mempertahankan kondisi makro ekonomi, maka dampaknya bagus pada rupiah yang akan stabil dan menguat," katanya.

Sementara itu mengenai dampak tetapnya suku bunga bank sentral Jepang sebesar 0,25 persen terhadap rupiah. Aslim mengatakan dahulu Jepang seakan-akan menjadi lokomotif sehingga jika yen menguat, maka mata uang regional juga menguat.


Namun, dalam beberapa waktu terakhir ini hal tersehut sudah berubah. Pergerakan mata uang lain seperti rupiah, dolar Singapura atau baht Thailand tidak sejalan dengan pergerakan yen. "Jadi. sudah melepaskan diri." katanya.

Karena itu, lanjut dia, saat ini pergerakan mata uang ditentukan oleh faktor fundamental ekonomi masing masing negara. "Fundamental ekonomi bagus, jelas mata uang akan menguat, " katanya, (iz)